BUDIDAYA JAGUNG.
1.CULTIVAR/ VARIETAS.
Hibrida
C 1, Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga,
Wiyasa,
Arjuna, Baster kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi,
Bogor
Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang
belum lama dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1,
BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3,
Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis Hibrida ).
2.SYARAT TUMBUH.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan
harus merata. Pada fase pembungaan
dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim
hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal. Suhu optimum antara
24-30 °C. . Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang
gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5.
Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras
dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara
50-600 m dpl Tanaman jagung paca masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air.
Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cutup
untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi
dari rumput liar dan serangan hama .
Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah
daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang
basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU
hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman
ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada
fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang
baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
3.PENGOLAHAN LAHAN.
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan
dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak
dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan
pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak
Pengapuran Di
daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang
diberikan berkisar antara 1-3 ton yang
diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan
tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha
per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman
Pemupukan dasar.
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan
hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan
tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap.
Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan
KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1
bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang
tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah
4. PENANAMAN.
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman
lubang perlu di perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman
lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih.
Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur
panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan
tempat yang lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen ³ 100
hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang).
Jagung berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1
tanaman/lubang).
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam
satu tanaman. Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang
ditanam dua tanaman.
Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada
saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu
musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air
hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman
sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering,
perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun.
Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang
membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar
dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang
dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3
biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang
dimasukkan 2 butir benih per lubang.
5. PEMELIHARAAN
Penjarangan
dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai
dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan
yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman
yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam
tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh
dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.
Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini
dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan
benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah
tanam.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma).
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih
muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang
penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur
tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan
setelah tanaman berumur 15 hari.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk
memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga
untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya
aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan
dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan
tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan
cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya
pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman
berumur 1 bulan.
PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN
Pemupukan yang dianjurkan, untuk pupuk organic ( pupuk kandang / kompos ) 20
ton / ha. Sedangkan untuk pupuk an organik : Urea 300 kg / ha, TSP 100 kg / ha,
KCI 50 kg / ha. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam
sejumlah 20 ton / ha pupuk organic, 100 kg / ha Urea, 100 kg TSP, daD 50 kg /
ha KCl dengan membuat larikan atau ditugalkan kemudian ditutup kembali dengan
tanah dengan jarak 10 cm dari garis tanam / lubang tanam. Pupuk susulan
diberikan 3 minggu setelah tanam berupa Urea 100 kg / ha, diteruskan pupuk
susulan kedua pada tanaman berumur 5 minggu sejumlah 100 kg Urea / ha.
Penyiangan pertama dilakukan segera setelah rumput / gulma mulai tumbuh dengan
cara pengerjaan tanah secara dangkal pada tanaman berumur 2 minggu. Penyiangan
kedua dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu sekaligus dilakukan
pembumbunan pada barisan tanaman jagung.
Dosis pemakaian pupuk di tiap-tiap daerah / wilayah berbeda-beda tergantung
kondisi dan struktur serta tektur tanah, tetapi secara umum dosis pemupukan
adalah Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak
200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100
kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk
dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk
susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah
tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman
jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan
penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya
diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun
menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu
dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung
6. HAMA
DAN PENYAKIT.
Hama pada jagung
Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan
atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu,
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan
ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dab bergaris,
warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat
3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman
akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai
panen jagung; (2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan
dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal
penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman
inang yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian secara kimiawi insektisida
yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74
WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat
mengikuti aturan pakai.
Ulat pemotong
Gejala: tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas
permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya,
akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab:
beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura,
penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung
(Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) bertanam secara serentak pada areal
yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan mencari dan
membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum
lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
Penyakit pada jagung
Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P.
spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas
serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun
runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi
bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman
berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun
berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol
berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis
kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman dilakukan menjelang atau
awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman
varietas unggul; (3) dilakukan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian
dimusnahkan.
Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak
memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak
berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak
tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian
berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.
Pengendalian: (1) pergiliran tanaman hendaknya selalu dilakukan guna menekan
meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi
lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan pestisida antara lain: Daconil 75 WP,
Difolatan 4 F.
Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw. Gejala:
pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda
yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang
berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang dan
memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk.
Pengendalian: (1) mengatur kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas
unggul atau varietas yang tahan terhadap penyakit; (3) melakukan sanitasi pada
areal pertanaman jagung; (4) kimiawi menggunakan pestisida seperti pada
penyakit bulai dan bercak daun.
Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil
smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo
zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya
cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan
kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga
pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar.
Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara
pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3)
benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara merata hingga semua
permukaan benih terkena.
Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw),
Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui
setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau
merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang.
Pengendalian: (1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam,
mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida
setelah ditemukan gejala serangan
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA JAGUNG
a. PENGENDALIAN PENGGEREK TONGKOL
(Heliothis armigera) PADA TANAMAN JAGUNG
EKOBIOLOGI
Ngengat betina meletakan telur pada rambut tongkol atau daun muda secara
sendiri-sendiri, seeokor ngengat dapat meletakan telur sampai 1000 butir dan
stadium telur antara 2-5 hari. Setelah menetas larva bergerak kebawah menuju
tongkol clan menggerek bagian ujung atas tongkol. Selanjutnya larva bergerak
makin kebawah dan memakan biji-biji muda hingga menjelang pupa.
Larva berambut pendek dan mempunyai sifat kanibal,
sehingga umumnya hanya dijumpai satu ekor larva da1am satu tongkol. Stadium
larva berlangsung selama 17-24 hari dan terdiri dari 6 instar. Menjelang pupa
larva keluar dari ujung tonggol atau lubang yang telah dipersiapkan menuju
tanah dan membentuk pupa si dalam tanah. Stadium pupa berkisar antara 12-14
hari. Imago tidak tertarik terhadap cahaya lampu minyak biasa tetapi tertarik
terhadap cahaya lampu.
PENGENDALIAN
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
b. Saat pembentukan bunga/buah serempak
c. Pengumpulan dan pemusnahan larva yang mudah diambil
d. Pengendalian dengan penyemprotan insektisida efektif apabila ditemukan 3
tongkol rusak per 50 tanaman atau aplikasi insektisida butiran didaerah
kronis/endemis pada saat menjelang berbunga.
b. Mengatasi Hama Penggerek Batang
Hama penggerek batang jagung merupakan serangga jenis Sesamia
inferens W. Serangga ini meletakkan telurnya pada daun. Setelah menetas,
larvanya akan memakan batang jagung. Gejala serangan hama ini adalah munculnya lubang pada batang.
Selain itu, penggerek batang juga menyerang rambut dan pucuk tongkol buah. Jika
dibiarkan, hama
ini bisa menurunkan produksi atau bahkan menyebabkan gagal panen. Pencegahan hama penggerek batang
dilakukan dengan menanam jagung secara serempak, melakukan rotasi atau
pergiliran tanaman yang terserang. Pengendaliannya dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida seperti Dursban, Decis, Matador, atau Curacron dengan
dosis sesuai dengan aturan di kemasan.
c. Mengatasi Hama Lalat
Hama lalat (Atherigon exigua S) berwarna abu-abu berukuran
0,3-0,5 mm. Hama
ini meletakkan telurnya yang berwarna putih di bawah permukaan daun. Setelah beberapa
hari, telur menetas menjadi larva lalu memakan daun, pangkal daun, dan pangkal
batang. Serangan larva lalat menyebabkan munculnya lubang-lubang di seluruh
bagian tanaman. Jika serangannya menghebat, batang akan patah karena pangkalnya
habis dimakan. Pencegahan hama lalat antara lain
dengan melakukan penanaman secara serentak, memakai benih varietas yang tahan
serangan hama
ini, memasang mulsa jerami di atas bedengan, dan selalu menjaga kebersihan
bedengan dari gulma. Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
seperti Buldok 25 EC, Supracide 40 EC dengan dosis sesuai dengan aturan di
kemasan.
d. Mengatasi Hama Ulat Tongkol
Ulat Tongkol (Heliotis armigera)
meletakkan telurnya yang berwarna putih di daun dan rambut tongkol. Setelah
menetas, telur akan berubah menjadi larva berwarna kuning dengan kepala
berwarna hitam. Larva inilah yang akan menyerang tongkol buah, dan menyebabkan
kebusukan. Pencegahan hama
ini dilakukan dengan mengambil dan memusnahkannya satu persatu. Jika
serangannya menghebat, pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida seperti Matador, Thiodan, atau Curacron dengan dosis sesuai dengan
aturan di kemasan.
e. Mengatasi Hama Ulat Tanah
Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
menyerang bagian-bagian vital tanaman seperti batang dan buah. Hama ini sangat
menjengkelkan, karena menyerang hanya pada malam hari dan akan bersembunyi di
dalam tanah pada siang hari. Ulat tanah biasa menyerang tanaman yang masih
muda. Batang tanaman yang terserang akan patah dan mati. Pencegahan hama ini dilakukan dengan
menyemprot lahan tanam menggunakan pestisida sebelum masa tanam.
Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti Furadan 3G,
Petrofur, atau insektisida yang bersifat sistemik yang meresap ke seluruh
bagian tanaman dengan dosis sesuai dengan aturan di kemasan.
MENGATASI PENYAKIT PADA TANAMAN JAGUNG
Penyakit pada tanaman jagung yang sering
merusak adalah golongan Fungi / Jamur / cendawan. Cara mengsiasati / mengurangi
timbulnya penyakit adalah
a. Menggunakan benih unggul yang bebas penyakit, yang tahan terhadap penyakit
b. Pola tanam yang bergantian, atau tidak menam jagung secara terus menerus
dalam satu hamparan areal yang sama
c. Jarak tanam yang teratur sehingga sinar matahari dapat masuk ( termasuk arah
baris ) di harapkan menghadap timur- barat; hal ini
juga berhubungan dengan kelembaban ( iklim mikro )
d. Jika curah hujan tinggi maka di buat saluran air sehingga air hujan dapat
tuntas terbuang hal ini mengurangi busuk akar pada jagung.
e. Penggunaan Fungisida jika memungkinkan di sarankan juga menggunakan
Bakterisida . Jenis dan merek dagang Fugisida dan Bakterisida bermacam - macam,
supaya tidak bingung silahkan tanyakan kepada kios/ toko pertanian terdekat.
Tips dalam menentukan jenis dan merek Fungisida / Bakterisida adalah
perhatikan bahan aktif, jangan terkecoh oleh merek terkenal atau harga yang
mahal. Jika menyemprot pada musim penghujan maka campur dengan perekat /
agristic.
Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan
setelah terlihat adanya hama
yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan
yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan
hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang,
sehingga perlakuan ini akan lebih efisien
7. PEMANENAN.
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung
tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi,
tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu,
masak lunak, masak tua dan masak kering/masak mati.
CIRI- CIRI DAN UMUR PANEN
Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah
tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau
kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji
bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat,
apabila ditekan tidak membekas.
Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn)
dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai
1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu.
Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak
terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok
(beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya
dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan
kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat
kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji
dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.
Cara Panen JAGUNG
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol
berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung.
Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin
pemetikan.
Periode Panen JAGUNG
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang
tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi
keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan
alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari
setelah tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung
rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan ± 4
minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur
panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.
Ngengat betina meletakan telur pada rambut tongkol atau daun muda secara sendiri-sendiri, seeokor ngengat dapat meletakan telur sampai 1000 butir dan stadium telur antara 2-5 hari. Setelah menetas larva bergerak kebawah menuju tongkol clan menggerek bagian ujung atas tongkol. Selanjutnya larva bergerak makin kebawah dan memakan biji-biji muda hingga menjelang pupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar