SELAMAT DATANG, SUGENG RAWOEH DI BLOGKE WONG NDESO YANG INGIN BERBAGI TENTANG AGRICULTURE

CARA BUDIDAYA KOL / KOBIS


     BUDIDAYA KOL / KOBIS ( Brassica oleracia ).
1. CULTIVAR / VARIETAS.
Globe master, Emerald Cross Hybrid, Copenhagen, Green cup, Ecarliana, Green point,Savoy king Hybrid dan masih banyak varietas lainya.
2. SYARAT TUMBUH.
      Iklim
      Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman.
      Laju angin yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu) mengakibatkan
      keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering dan
      keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang dan
      menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
      Disebutkan jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan
      hasil rata-rata 12% dibawah rata-rata normal
      Stadia pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan
      naungan untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan
      pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas
      cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan.
     Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat C dengan suhu
     optimum 17 derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan
      dingin (minus 6-10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali
      kubis berdaun kecil (<3> 9).
      Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF
      antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang
      cukup baik (irigasi maupun drainase).
      Ketinggian Tempat
      Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl. Untuk
      varietas dataran tinggi, dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl.
3.  PERSEMAIAN.
     Pembibitan
     Persyaratan Benih
     Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
     a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
     b) Benih harus bebas hama dan penyakit.
     c) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta
         bersih dari kotoran.
     d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
     e) Mempunyai daya kecambah 80%.
      f) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
   . Penyiapan Benih
     Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan
     meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara
     penyiapan adalah sebagai berikut:
     -. Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis
         yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C
         selama 15-30 menit.
     -. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik
         akan tenggelam.
     -. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih
         cepat berkecambah
    Kebutuhan benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya
    dibutuhkan 300 gram/ha          
    Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan.
    Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker).
    Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag
    kecil
   Teknik Penyemaian Benih
    Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain: (1)
    tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang
    merugikan; (2) lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan (3) dekat
    dengan sumber air bersih.
    Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
    -. Penyemaian di bedengan
        Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan
        selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan
        pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan 1:2
        atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan
        setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. Penyemaian dapat
       dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di
       dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm.Selanjutnya tutup dengan tanah tipis dan siram
        dengan air.
    -. Penyemaian di polybag
        Dengan cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam  polybag kecil yang
        berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus
        dengan pupuk kandang dengan perbandigan 2:1 atau 1 : 1.
              Masukan benih  satu – satu ke dalam polibag plastic yang sudah di isi   media
              tanam sedalam 0,2 – 1,0 cm. tutup tipis dengan tanah atau pupuk kandang matang.
              Siram air pakai gembor penyiraman , dan terakhir tutup pakai daun pisang untuk
              menjaga kelembaban.Setelah tumbuh ke   cambah buang penutup daun pisang.
              Siram pagi dan sore. Lihat kondisi tanah.
        Pemeliharaan Pembibitan / Penyemaian
  Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
  Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai
  pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang
  menguntungkan bagi bibit.
  Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu
  pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang
  tumbuh disela-sela tanaman pokok.
  Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan
  penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.
  Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut,
  siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit
  adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan
  fungisida.
3. PENGOLAHAN LAHAN / TANAH.
   Lahan sebaiknya bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae lainnya.
   Dilakukan pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan organiknya
   untuk mengetahui kecocokan lahan ditanami kol/kubis.

Tanah digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm, dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu, dibiarkan terkena sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi kesempatan oksidasi gas-gas beracun dan membunuh sumber-sumber patogen.
      Lalu  di buat bedengan / guludan selebar 80 – 100 cm, tinggi 35 cm dengan jarak antar
       bedengan / guludan 40 -50 cm.
       Pengapuran hanya di lakukan jika PH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dosis kapur
      yang sesuai  nilai PH tanah , tetapi umumnya  berkisar antara 1 -2 ton / ha dalam bentuk
      kalsit atau dolomit. Kapur di campurkan merata pada saat pembuatan bedengan./
      guludan. Untuk pemupukan dasar campurkan 13 -18 ton / ha pupuk kandang, atau pakai
      campuran pupuk makro UREA 87 kg,+ ZA 187 kg + TSP 311 kg + KCL 90 kg/ha
     (.Rekomondasi untuk tanaman Brokoli pada tanah Mineral dengan tingkat kandungan P
      dan K sedang ).

4. PENANAMAN.
 Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari
 benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai,
 sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari.
 Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut:
-. Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar.  
-. Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.
Penentuan Pola Tanam                                                                                        Penentuan pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama sisi; pola segi empat dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola segi tiga sama sisi dan bujur sangkar tergolong baik karena didapatkan jumlah tanaman lebih banyak.
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan ukuran garis tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm.
 Cara Penanaman
-. Waktu tanam yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00 atau sore hari antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar matahari dan temperatur tidak terlalu tinggi.
-. Pilih bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama).
-. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau, ditanam bersama dengan bumbungnya, bila disemai pada polybag plastik maka dikeluarkan terlebih dahulu dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk secara perlahan hingga bibit keluar dari polybag.
-. Bila disemai dalam bedengan diambil dengan solet (sistem putaran), caranya menggambil bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm.
-. Bibit segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit-demi sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak.
-. Siram bibit dengan air sampai basah benar.
5. PEMELIHARAAN.
Penyulaman .
Di lakukan 3-7 hari setelah tanam , dengan mengganti tanaman yang mati atau
tanaman yang tidak sehat pertumbuhanya, dengan bibit baru yang baik dan sehat.
Setelah selesai penyulaman siram dengan air tanaman yang baru di ganti.
   Penyiangan
   Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan
atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat
merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya tidak
dilakukan.
   Pembubunan
   Pembumbunan dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang ada
pada saluran antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga kedalaman
         parit dan ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.
   Perempelan
   Perempelan cabang/tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin untuk menjaga
   tanaman induk agar pertumbuhan sesuai harapan, sehingga zat makanan
   terkonsentrasi pada pembentukan bunga seoptimal mungkin.
   Pemupukan susulan / tambahan.
   Pemupukan susulan I dilakukan dengan Urea 1gram per tanaman melingkari
   tanaman dengan jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk mendorong
   pertumbuhan. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14 hari dengan dosis 3-5
   gram, dengan jarak 7-8 cm. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 3-4 minggu
   dengan dosis 5 gram pada jarak 7-8 cm. Bila pertumbuhan belum optimal dapat
   dilakukan pemupukan lagi pada umur 8 minggu.
   Pengairan dan Penyiraman
  Waktu pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim
   kemarau, pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase awal
   pertumbuhan dan pembentukan bunga.atau lihat kondisi tanah.
6. HAMA DAN PENYAKIT.
  Hama
1. Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
    Dikenal dengan nama ulat tritip, Diamond-black moth, hileud keremeng, ama bodas, ama karancang (Sunda), omo kapes, kupu klawu (Jawa). Ciri: (1) siklus hidup 2-3 minggu tergantung temperatur udara; (2) ngengat betina panjang 1,25 cm berwarna kelabu, mempunyai tiga buah titik kuning pada sayap depan, meletakkan telur dibagian bawah permukaan daun sebanyak 50 butir dalam waktu 24 jam; (3) telurnya berbentuk oval, ukuran 0,6-0,3 mm, berwarna hijau kekuningan, berkilau, lembek dan menetas ± 3 hari; (4) larva Plutella berwarna hijau, panjang 8 mm, lebar 1 mm, mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari, ngengat kecil berwarna coklat keabu-abuan; (5) ngengat aktif dimalam hari, sedangkan siang hari bersembunyi dibawah dibawah sisa-sisa tanaman, atau hinggap dibawah permukaan daun bawah. Gejala: (1) biasanya menyerang pada musim kemarau; (2) daun berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja; (3) umumnya menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak tanaman yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: (1) mekanis: mengumpulkan ulat-ulat dan telurnya, kemudian dihancurkan. (2) Kultur teknik:
pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman yang bukan famili Cruciferae; pola tumpang sari brocolli dengan tomat, bawang daun, dan jagung; dengan tanaman perangkap (trap crop) seperti Rape/Brassica campestris ssp. Oleifera Metg. (3) Hayati/biologi: menggunakan musuh alami, yaitu parasitoid (Cotesia plutella Kurdj, Diadegma semiclausum, Diadegma eucerophaga) ataupun predatornya. (4) Sex pheromone : adalah "Ugratas Ungu" dari Taiwan. Bentuk sex pheromone ini seperti benang nilon berwarna ungu sepanjang ± 8 cm. Cara penggunaan : Ugratas ungu dimasukkan botol bekas agua, kemudian dipasang dilahan perkebunan pada posisi lebih tinggi dari tanaman. Daya tahan ugratas terpasang ±3 minggu, dan tiap hektar kebun memerlukan 5-10 buah perangkap.(5) Kimiawi: menyemprotkan insektisida selektif berbahan aktif Baccilus thuringiensis seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC atau Thuricide HP pada konsentrasi 0,1-0,2%, Agrimec 18 FC, pada konsentrasi 1-2 cc/liter.
2. Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
    Ulat croci disebut hileud bocok (sunda). Ciri: (1) siklus hidup 22-32 hari, tergantung suhu udara; (2) ulat berwarna hijau, pada punggung terdapat garis hijau muda dan perut kuning, panjang ulat 18 mm, berkepompong di dalam tanah dan telur diletakkan dibawah daun secara berkelompok berbentuk pipih menyerupai genteng rumah; (3) menyerang tanaman yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: sama dengan ulat Prutella, parasitoid yang paling cocok adalah Inareolata sp.
3. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
    Ulat tanah disebut ulat taneuh, hileud orok (Sunda) atau uler lettung (Jawa).
Ciri: (1) siklus hidup 6-8 minggu; (2) kupu-kupu ataupun ulatnya aktif pada senja dan malam hari, pada siang hari bersembunyi di bawah daun (kupu-kupu) dan permukaan tanah (ulat). Gejala: memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman, sehingga tanaman muda rebah dan pada siang hari tampak layu. Pengendalian: (1) mekanis: mencabut ulat-ulat tanah dan membunuhnya; (2) kultur teknis: pembersihan kebun dari rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang dijadikan tempat bertelur hama tanah; (3) kimiawi: dengan umpan beracun dan semprotan insektisida.Campuran dari 125-250 gram Dipertex 95 SL, 10 kg dedak, 0,5-1,0 kg gula merah dan 10 liter air untuk tanaman seluas 0,25-0,5 hektar. Umpan tersebut disebarkan disekeliling tanaman pada senja dan malam hari. dapat juga disemprotkan insektisida Dursban 20 EC 1 cc/liter air. Waktu penyemprotan sehabis tanam dan dapat diulang 1-2 kali seminggu.
4. Kutu daun (Aphis brassicae)
Hidup berkelompok dibawah daun atau massa bunga (curd), berwarna hijau diliputi semacam tepung berlilin. Gejala: menyerang tanaman dengan menghisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik tampak kotor. Menyerang hebat dimusim kemarau. Pengendalian: menyemprotkan insektisida ORTHENE 75 SP atau Hostathion 40 EC 1-2 cc/liter air.
5. Ulat daun
    Misalnya ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp., Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura), Ciri: (1) Ulat-ulat jengkal (Trichoplusiana sp.): Cara berjalannya aneh dan melipat dua bila merangkak. Panjang 4 cm, berwarna hijau pucat dan berpita warna muda pada tiap sisi badan. Kupu-kupu ulat jengkal berwarna coklat keabu-abuan dan berbintik-bintik berwarna perak pada setiap sayap depannya, telur berwarna putih kehijau-hijauan diletakkan di bawah daun dan menetas dalam 3-20 hari. (2) Chrysodzeixis chalcites Esp. dan Chrysodeixis orichalcea L.: Berwarna gelap dan terdapat bintik-bintik keemasan berbentuk "Y" pada sayap depan. Telur berukuran kecil berwarna keputih-putihan, diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok. Larva berwarna hijau bergaris-garis putih di sisinya dan jalannya menjengkal. (3) Ulat-ulat grayak (S. litura): Ciri khas memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris kekuning-kuningan pada sisinya dengan siklus hidup 30-61 hari. Kupu-kupunya berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Telurnya berjumlah 25-500 butir diletakkan secara berkelompok di atas tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Gejala: daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal urat-urat daunnya saja. Pengendalian: (1) mengatur pola tanam; (2) menjaga kebersihan kebun; (3) penyemprotan insektisida seperti Orthene 75 SP 1 cc/liter air, Hostathion 1-2 cc/liter air, Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC; (4) khusus untuk ulat grayak dapat digunakan sex pheromena (Ugratas Merah); (5) bila terjadi serangan Spodoptera exiqua dapat digunakan Ugratas Biru.
6. Bangsa siput
    Bangsa siput yang biasa menyerang antara lain: (1) Achtina fulica Fer., yaitu siput yang mempunyai cangkang atau rumah, dikenal dengan bekicot; (2) Vaginula bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang, warna keabu-abuan; (3) Parmarion pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang berwarna coklat kekuningan. Gejala: menyerang daun terutama saat baru ditanam dikebun. Pengendalian: dengan menyemprotkan racun Helisida atau dengan dikumpulkan lalu dihancurkan dengan garam atau untuk makanan ternak.
7. Cengkerik dan gangsir (Gryllus mitratus dan Brachytrypes portentosus).
    Gejala: menyerang daun muda (memotong) pada malam hari; terdapat banyak lubang di dalam tanah. Pengendalian: dengan insektisida atau menangkap dengan menyirami lubang dengan air agar hama keluar.
8. Orong-orong.
    Hidup dalam tanah terutama yang lembab dan basah. Bagian yang diserang adalah sistem perakaran tanaman. Gejala: pertumbuhan terhambat dan daun menguning. Pengendalian: pemberian insektisida ke liang
PENYAKIT.
1. Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
    Penyebab: bakteri, dan merupakan patogen tular benih (seed borne), dan dapat dengan mudah menular ketanah atau ke tanaman sehat lainnya. Gejala: (1) tanaman semai rebah (damping off), karena infeksi awal terjadi pada kotiledon, kemudian menjalar keseluruh tanaman secara sistematik; (2) bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga yang diserang; (3) gejala khas daun kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf "V", lalu mengering. Batang atau massa bunga yang terserang menjadi busuk berwarna hitam atau coklat, sehingga kurang layak dipanen. Pengendalian: (1) memberikan perlakuan pada benih seperti telah dijelaskan pada poin pembibitan sub poin penyiapan benih; (2) pembersihan kebun dari tanaman inang alternatif; (3) rotasi tanaman selama ± 3 tahun dengan tanaman tidak sefamili.
2. Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)
    Penyebab: bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman sewaktu masih di kebun hingga pasca panen dan dalam penyimpanan. Gejala: (1) luka pada pangkal bunga yang hampir siap panen; (2) luka akar tanaman scara mekanis, serangga atau organisme lain; (3) luka saat panen; (4) penanganan atau pengepakan yang kurang baik. Pengendalian: (1) Pra panen: membersihkan sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan ditanami; menghindari kerusakan tanaman oleh serangga pengerek atau sewaktu pemeliharaan tanaman; menghindari bertanam kubis-kubisan pada musim hujan di daerah basis penyakit busuk lunak. (2) Pasca panen: menghindari luka mekanis atau gigitan serangga menjelang panen; menyimpan hasil panen dalam keadaan kering, atau kalau dicuci dengan air bersih, harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan; berhati-hati dalam membawa atau mengangkut hasil panen ketempat penyimpanan untuk mencegah luka atau memar; menyimpan hasil ditempat sejuk dan mempunyai sirkulasi udara baik.
3. Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.)
    Penyebab: cendawan Plasmodiophora brassicae. Gejala: (1) pada siang hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau pagi hari daun tampak segar kembali; (2) pertumbuhan terlambat, tanaman kerdil dan tidak mampu membentuk bunga bahkan dapat mati; (3) akar bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam. Pengendalian: (1) memberi perlakuan pada benih seperti poin penyiapan benih; (2) menyemai benih di tempat yang bebas wabah penyakit; (3) melakukan sterilisasi media semai ataupun tanah kebun dengan Besamid-G 40-60 gram/m2 untuk arel pembibitan atau 60 gram/m2untuk kebun; (4) melakukan pengapuran untuk menaikkan pH; (5) mencabut tanaman yang terserang penyakit; (6) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis yang tidak sefamili
4. Bercak hitam (Alternaria sp.)
    Penyebab: cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola. Gejala: (1) bercak-bercak berwarna coklat muda atau tua bergaris konsentris pada daun; (2) menyerang akar, pangkal batang, batang maupun bagian lain. Pengendalian: (1) menanam benih yang sehat; (2) perlakuan benih seperti pada poin penyiapan benih.
5. Busuk lunak berair
    Penyebab: cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan daun terutama pada luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat menyebar melalui biji dan spora. Gejala: (1) pertumbuhan terhambat, membusuk lalu mati; (2) bila menyerang batang, maka daun akan menguning, layu dan rontok; (3) bila menyerang daun, maka daun akan membusuk dan berlendir; (4) gejala lain terdapat rumbai-rumbai cendawan yang berwarna putih dan lama-kelamaan menjadi hitam. Pengendalian: (1) gunakan biji sehat dan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sejenis. (2) pemberantasan dengan insektisida.
6. Semai roboh (dumping off)
    Penyebab: cendawan Rhizitonia sp. dan Phytium sp. Gejala: (1) bercak-bercak kebasahan pada pangkal batang atau hipokotil; (2) pangkal batang busuk sehingga menyebabkan batang rebah dan mudah putus; (3) menyerang tanaman di semaian, tetapi dapat pula menyerang tanaman di lahan. Pengendalian: perlakuan benih sebelum ditanam, sterilisasi media semaian dan rotasi tanaman dengan jenis selain kubis-kubisan.
7. Penyakit Fisiologis
    Penyebab: Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) disebut penyakit fisiologis. Kekurangan Nitrogen: bunga kecil-kecil seperti kancing atau disebut "Botoning". Kelebihan Nitrogen warna bunga kelabu dan berukuran kecil. Kekurangan Kalium massa bunga tidak kompak (kurang padat) dan ukurannya mengecil. Kelebihan Kalium tumbuh kerdil dan bunganya kecil. Pengendalian: dengan pemupukan yang berimbang.
      Pencegahan dan pengedalian hama.
      Pengendalian hama atau penyakit bila perlu saja, yaitu bila terlihat gejala ada
      serangan atau penyakit. Untuk tindakan preventif lakukan penyemprotan 1 -2 kali
      seminggu setelah tanam, dengan pestisisida , insektisida ,atau fungisida secara
       bergantian dengan dosis sesuai anjuran diatas.

   7.PEMANENAN.
      Umur masak petik atau panen tanaman kubis tergantung pada varietasnya, berumur
      pendek (genjah) dan berumur panjang (dalam).Sekitar 60 -90 hari.
     Ciri-ciri kemasakan kubis adalah sebagai berikut:
      a) Krop kubis mengeras dengan cara menekan krop kubis.
      b) Daun berwarna hijau mengkilap.
      c) Daun paling luar sudah layu.
      d) Besar krop kubis telah terlihat maksimal.
    Pemetikan yang kurang baik akan menimbulkan kerusakan mekanis yang
    menyebabkan krop kubis terinfeksi patogen sehingga mudah pembusukan. Langkah-
    langkah dalam memetik kubis:
     a) Pilih kubis yang telah tua dan siap dipetik.
     b) Petik kubis dengan menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Pemotongan
         dilakukan pada bagianpangkal batang kubis.
      c) Urutan pemetikan adalah dimulai dengan kubis yang sehat baru kemudian
         dilakukan pemetika pada kubis yang telah terkena infeksi pathogen
    Setelah dipetik, kubis dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar
    matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan kubis yang tinggi
    kwalitas dan kwantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan
    ditumpuk dan dilempar-lempar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar